Langsung ke konten utama

Postingan

Fasal Makna Surat Al-Fatihah

[فصل في معاني هذه السورة] Surat Al-Fatihah berisikan tujuh ayat, yaitu mengandung pujian kepada Allah, mengagungkan-Nya. dan menyanjung-Nya dengan menyebut asma-asma-Nya yang terbaik sesuai dengan sifat-sifat-Nya Yang Maha Tinggi. Disebutkan pula hari kembali —yaitu hari pembalasan— dan mengandung petunjuk-Nya buat hamba-hamba-Nya agar mereka memohon dan ber-tadarru' (merendahkan diri) kepada-Nya serta berlepas diri dari upaya dan kekuatan mereka. Surat Al-Fatihah mengandung makna ikhlas dalam beribadah kepada-Nya dan meng-esakan-Nya dengan sifat uluhiyyah serta membersihkan-Nya dari segala bentuk persekutuan atau persamaan atau tandingan. Mengandung permohonan mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk diberi hidayah (petunjuk) ke jalan yang lurus —yaitu agama Islam— dan permohonan mereka agar hati mereka diteguhkan dalam agama tersebut hingga dapat mengantarkan mereka melampaui sirat (jembatan) yang sesungguhnya kelak di hari kiamat dan akhirnya akan membawa mereka ke surg...

Pak Doddi Permadi

Pa Doddi Permadi 

Al-Fatihah, ayat 6

{اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) } Tunjukilah kami jalan yang lurus Bacaan yang dilakukan oleh jumhur ulama ialah  as h-s hirat  dengan memakai  s had . Tetapi ada pula yang membacanya sirat dengan memakai sin, ada pula yang membacanya zirat dengan memakai za, menurut Al-Farra berasal dari dialek Bani Uzrah dan Bani Kalb. Setelah pujian dipanjatkan terlebih dahulu kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, sesuailah bila diiringi dengan permohonan, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis di atas, yaitu: «فَنِصْفُهَا لِي وَنِصْفُهَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ» Separo untuk-Ku dan separo lainnya buat hamba-Ku, serta bagi hamba-Ku apa yang dia minta. Merupakan suatu hal yang baik bila seseorang yang mengajukan permohonan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala terlebih dahulu memuji-Nya, setelah itu baru memohon kepada-Nya apa yang dia hajatkan —juga buat saudara-saudaranya yang beriman— melalui ucapannya, "Tunjukilah kami kepada jalan yang lurus." Cara ini lebih membawa ke...

Fatihah, ayat 6

{اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) } Tunjukilah kami jalan yang lurus Bacaan yang dilakukan oleh jumhur ulama ialah ash-shirat dengan memakai shad. Tetapi ada pula yang membacanya sirat dengan memakai sin, ada pula yang membacanya zirat dengan memakai za, menurut Al-Farra berasal dari dialek Bani Uzrah dan Bani Kalb. Setelah pujian dipanjatkan terlebih dahulu kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, sesuailah bila diiringi dengan permohonan, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis di atas, yaitu: «فَنِصْفُهَا لِي وَنِصْفُهَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ» Separo untuk-Ku dan separo lainnya buat hamba-Ku, serta bagi hamba-Ku apa yang dia minta. Merupakan suatu hal yang baik bila seseorang yang mengajukan permohonan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala terlebih dahulu memuji-Nya, setelah itu baru memohon kepada-Nya apa yang dia hajatkan —juga buat saudara-saudaranya yang beriman— melalui ucapannya, "Tunjukilah kami kepada jalan yang lurus." Cara ini lebih membawa kepada ke...

Al-Fatihah, ayat 5.

{إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5) } Hanya   EngkaulahYangKami sembah dan  hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Qira’ah Sab'ah dan jumhur ulama membaca tasydid huruf  ya  yang ada pada  iyyaka . Sedangkan Amr ibnu Fayid membacanya dengan takhfif, yakni tanpa tasydid disertai dengan kasrah, tetapi qiraah ini dinilai syadz lagi tidak dipakai. karena  iya  artinya "cahaya matahari". Sebagian ulama membacanya ayyaka, sebagian yang lainnya lagi membaca hayyaka dengan memakai ha sebagai ganti hamzah, sebagaimana yang terdapat dalam ucapan seorang penyair: فَهَيَّاكَ وَالْأَمْرَ الَّذِي إِنْ تَرَاحَبَتْ  ...  مَوَارِدُهُ ضَاقَتْ عَلَيْكَ مَصَادِرُهُ Maka hati-hatilah kamu terhadap sebuah urusan bila sumbernya makin meluas, maka akan sulitlah bagimu jalan penyelesaiannya. Lafaz  nasta'inu  dibaca fathah huruf  nun  yang ada pada permulaannya menurut qiraah semua ulama, kecuali Yahya ibnu Sabit dan Al-A'masy; k...

Do'a untuk anak yang mau di Sunat

MULTAZAM RIZKI RAMADHAN Allaahumma haadzihii sunnatuka wa sunnatu nabiyyika, shalawaatuka ‘alayhi wa aalihii, wat tibaa‘un minnaa li nabiyyika, bi masyii’atika, wa iraadatika, wa qadhaa’ika li amrin aradtahuu, wa qadhaa’in hatamtahuu, wa amrin anfadztahuu, wa adzaqtahuu harral hadiidi fii khitaaniii wa hijaamihii bi amrin anta a’rafu bihii minnii. Artinya: Ya Allah, ini adalah sunnah-Mu dan sunnah nabi-Mu. Semoga rahmat tercurah padanya dan keluarganya. Dan kami mengikuti nabi-Mu dengan kehendak-Mu dan qadha-Mu. Karena suatu hal yang Engkau inginkan. Karena suatu hal ketentuan yang Engkau tetapkan. Karena suatu perkara yang Engkau laksanakan, dan Engkau merasakan padanya panasnya besi dalam khitan dan bekamnya karena suatu perkara yang Engkau lebih tahu dari aku.

Takwil Kalimat “Allah”

Takwil Kalimat “Allah” [القول في تأويل اللَّهِ] Allah adalah 'alam (nama) yang ditujukan kepada Tuhan Yang Mahaagung lagi Maha Tinggi. Menurut suatu pendapat, Allah adalah Ismul A'zam karena Dia memiliki semua sifat, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ عالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهادَةِ هُوَ الرَّحْمنُ الرَّحِيمُ. هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ. هُوَ اللَّهُ الْخالِقُ الْبارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْماءُ الْحُسْنى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّماواتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Mem...