Langsung ke konten utama

Rasa sakit yang diberikan Allah, memiliki hikmah besar .


Rasa sakit yang diberikan Allah, memiliki hikmah besar .

Keluarga besar kultum - Setiap orang pasti pernah merasakan sakit, baik sakit secara zahir maupun sakit secara batin. 

Itu bukti bahwa manusia adalah makhluk yang lemah, dan membutuhkan pertolongan orang lain.

Dikutip dari kitab, banyak orang mengeluh pada sakit yang dideritanya, baik itu ringan ataupun berat. 

Rasa sakit terkadang membuat sebagian orang menyerah dengan penyakitnya. 

Mereka mengeluh dan meminta belas kasihan dari orang lain seakan penyakitnya sudah paling berat dia rasakan. 

Perbuatan tersebut tidak dibenarkan dalam Islam.

Rasulullah SAW pernah bersabda, “Janganlah kamu mencaci maki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah akan menghapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api menghilangkan kotoran-kotoran besi.” (HR. Muslim)  

meski sakit adalah sebuah kepastian, masih ada saja manusia yang mengeluh ketika Allah datangkan rasa sakit. 

Ia meronta-ronta dan seakan tidak terima dengan keputusan yang Allah takdirkan. 

Sampai pada titik ekstrem, ia menyatakan bahwa Allah tidak adil dengan memberikan rasa sakit padanya.

Tentu saja, hal itu tidak dibolehkan dalam agama. 

Setiap apa yang Allah takdirkan bagi manusia pastilah memiliki hikmah. 

Tidak ada sesuatu pun yang Allah berikan bagi manusia, baik itu suatu yang membahagiakan ataupun membuat khawatir manusia, kecuali semua bernilai hikmah.

Ketika manusia sedang sakit, Allah menetapkan hikmah di dalamnya. 

Hikmah yang seharusnya dipahami dan diresapi oleh setiap Muslim agar tidak mudah menyalahkan agama, apalagi sampai menyalahkan ketentuan yang Allah tetapkan. 

Berikut beberapa hikmah di balik cobaan sakit yang Allah berikan pada hamba-Nya.

Satu hikmah yang bisa kita petik dari ujian sakit adalah menjauhkan kita dari siksa api neraka. 

Diriwayatkan oleh Al-Bazzar, “Sakit demam yang dirasakan oleh manusia maka akan menjauhkannya dari api neraka.” (Al-Bazzar).

Baca Juga: Hidupkan Hati dengan Al-Qur'an

Hikmah lain yang bisa kita ambil dari adanya rasa sakit adalah dihapusnya dosa. 

Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya demikian, “tidaklah seseorang yang sedang sakit, terus menerus, kepayahan, sedih, bahkan menyusahkannya, kecuali dosa-dosanya akan dihapus Allah.”

Sakit juga bisa menjadi sumber kebaikan jika seseorang bisa sabar. 

Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim menegaskan, “Sungguh semua urusan bernilai kebaikan, tidak terkecuali bagi Mukmin. 

Jika mendapatkan kebaikan ia bersykur, dan ketika mendapatkan kesusahan ia bersabar.” (HR. Muslim).

Sakit tidak selamanya berarti musibah. 

Sakit bisa menjadi sebuah nikmat yang bisa kita ambil hikmahnya. 

sejumlah hikmah yang bisa diambil dari sakit, sebagaimana tertuang dalam The Power of Husnudzon yaitu sebagai berikut:  

Pertama, sakit bisa menghindari kita dari siksa api neraka. 

Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sakit demam itu menjauhkan setiap orang mukmin dari api neraka.” (HR. al-Bazzar)  

Kedua, sakit bisa menjadi penghapus dosa bagi kita.

Seperti sabda Rasulullah SAW dalam Hadis Riwayat Muslim, “Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya.” 

Ketiga, sakit bisa menjadi sumber kebaikan bagi seseorang jika dia bersabar. 

Hal tersebut sejalan dengan sebuah hadist di mana Rasulullah SAW bersabda: 

“Sungguh semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin. 

Jika ia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim)  

Baca Juga: Ini Dia Beberapa Amalan yang Paling Dicintai Allah

Keempat, sakit bisa membuat kita kembali mengingat Allah.

Sebagaimana yang diketahui, kadang kita hanya ingat Allah di kala kesusahan dan diberi cobaan. 

Sementara saat diberikan kebahagiaan, kita mendadak lupa dengan Rabb semesta alam.  

Allah SWT telah berfirman: “Dan sesungguhnya kami telah mengutus (para Rasul) kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.” (Qur'an Surah Al-An’am: 42)  

Kelima, sakit bisa membuat kita lebih optimis untuk bertahan hidup. 

Salah satu moral yang harus dimiliki oleh seorang mukmin ialah tidak boleh menyerah dengan sakitnya. 

Dia harus berusaha untuk sembuh dari penyakitnya, dia pun harus optimis dengan dirinya sampai Allah mengatakannya untuk berhenti.  

Sakit kadang juga bisa membuat kita semakin ingat akan adanya Allah. 

Kadang, seseorang ketika selalu diberikan rasa kebahagiaan sering lupa akan keberadaan Allah. 

Dengan ujian sakit, akan bisa membuat seseorang selalu ingat akan kebesaran Allah. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Khutbah Jumat: Menyelami Fitrah Kemanusiaan KitaKhutbah I

Khutbah I الحمدُ لِلّٰهِ العَلِيِّ العَظِيْم العَزِيْزِ الحَكِيْمِ الَّذِيْ فَطَرَنَا بِاقْتِدَارِهِ، وَطَوَّرَنَا بِاخْتِيَارِهِ، وَرَتَّبَ صُوَرَنا فِي أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ، وَمَنَّ عَلَيْنَا بِالعَقْلِ السَّلِيْمِ ، وَهَدَانَا إِلى الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ وَهُوَعَلَى كُلِّ شَيْئ ٍقَدِيْرٌ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَأَفْضلِ اْلأَنْبِيَاءِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبه أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَدْ قَالَ اللّٰهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ Ada perilaku yang sudah mentrad...

8 Keutamaan Sifat Tawadhu Bagi Muslimah, Nomor Terakhir Jalan Menuju Kemuliaan..

Tawadhu atau sifat rendah hati yang dimiliki seorang muslimah merupakan sebuah akhlak dalam Islam yang tergolong ke dalam akhlak terpuji. Foto ilustrasi/ist Tawadhu   atau sifat rendah hati yang dimiliki seorang muslimah merupakan sebuah akhlak dalam Islam yang tergolong ke dalam akhlak terpuji.  Tawadhu   dalam Islam berarti seseorang menempatkan dirinya lebih rendah di hadapan Allah dan hamba-hamba Allah Subhanahu wa ta'ala. Firman Allah Ta’ala : وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ “ Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman “.(QS Asy-Syu'ra : 215) Kita ketahui, bahwa segala perkara yang ada dalam Islam pasti memiliki keutamaan dan keburukan bagi yang melakukannya, dan dalam perkara rendah hati, seseorang yang melakukan atau memiliki  sikap rendah hati   akan mendapatkan beberapa keutamaan dari sikap rendah hati ini. Baca juga:  Inilah Ciri-ciri Pribadi Muslimah yang Tawadhu   ...

Keutamaan Ilmu dan Ulama dalam Hadits

Ustadz Yachya Yusliha Imam Al-Ghazali dalam kitab Mukasyafatul Qulub menyebutkan keutamaan Al-Qur’an, ilmu dan ulama pada bab tersendiri.  Al-Ghazali mengutip beberapa hadits yang menerangkan keutamaan ilmu dan ulama pada bab ini dari sejumlah perawi hadits Al-Ghazali mengatakan, banyak hadits menerangkan keutamaan ilmu dan ulama.  (Imam Al-Ghazali, Mukasyafatul Qulub, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2019 M/1440 H], halaman 277).   1. Orang alim merupakan orang yang dikehendaki sebagai orang baik.  مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّيْنِ وَيُلْهِمْهُ رُشْدَهُ  Artinya, “Siapa saja yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, niscaya ia akan diberi pemahaman dalam agama dan diilhami petunjuk-Nya,” (HR At-Thabarani dan Abu Nu’aim).  2. Orang alim merupakan ahli waris para nabi yang mendapatkan derajat mulia.    الْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ (رواه أبو داود والترمذي)  Artinya, “Ulama adalah ahli waris para nabi...