Langsung ke konten utama

Ketika Malik Bin Dinar Menghadapi Tetangga yang Berakhlak Buruk


Ketika Malik Bin Dinar Menghadapi Tetangga yang Berakhlak Buruk
Kisah Malik bin Dinar menegur tetangganya dan munculnya suara ghaib membuat sang tetangga bertobat. (Ilustrasi : Ist)
Farid al-Din Attar dalam bukunya berjudul Tadhkirat al-Auliya’ berkisah, ada seorang pemuda yang tinggal di sekitar rumah Malik, dia sangat bejat dan berakhlak rendah. Malik bin Dinar terus-menerus merasa sedih karena perilakunya yang buruk, tetapi dia bertahan dengan sabar menunggu orang lain berbicara terlebih dahulu.

Baca jugaMalik bin Dinar Saat Mengikuti Burung Gagak Utusan Tuhan

Singkat cerita, pada suatu waktu ada seseorang yang datang, mengeluh tentang pemuda itu. Malik kemudian bangkit dan pergi kepadanya, meminta dia untuk memperbaiki akhlaknya. Pemuda itu bereaksi dengan begitu keras kepala dan sombong.

“Aku adalah kesayangan sang Sultan,” katanya kepada Malik. “Tidak ada seorang pun yang memiliki kekuatan untuk mengawasi atau melarangku untuk melakukan apapun yang kusukai.”

“Aku akan berbicara dengan Sultan,” Malik mengancam.

“Sultan tidak akan pernah berubah pikiran atas izinnya untukku,” balas pemuda itu. “Apa pun yang aku lakukan, dia akan menyetujuinya.”

“Baiklah, jika Sultan tidak bisa berbuat apa-apa,” Malik melanjutkan, “Aku akan memberi tahu Yang Maha Penyayang.”

Dan dia menunjuk ke atas.

“Ha!” jawab pemuda itu. “Dia terlalu Murah Hati untuk mengurusiku.”

Kali ini Malik menyerah, dan dia meninggalkannya. Beberapa hari berlalu, dan keburukan pemuda ini terus berlanjut hingga melampaui semua batas. Orang-orang datang lagi untuk mengeluh. Malik bangkit untuk menegurnya; tetapi dalam perjalanan dia mendengar suara.

“Jauhkan tanganmu dari sahabat-Ku!” terkejut, Malik bergegas menemui pemuda itu.

“Apa yang telah terjadi,” pemuda itu bertanya-tanya ketika melihatnya. “Bahwa engkau telah datang untuk yang kedua kalinya?”

Baca jugaKisah Tobatnya Malik Bin Dinar, Preman yang Menjadi Ulama di Masa Tabiin

“Aku datang bukan untuk menegurmu,” jawab Malik. “Aku datang hanya untuk memberitahumu bahwa aku mendengar suara yang seperti itu.”

“Ah,” seru pemuda itu. “Karena semuanya berjalan dengan seperti itu, aku menyerahkan semua harta bendaku sepenuhnya untuk mengabdi kepada-Nya. Aku tidak peduli lagi dengan semua milikku.”

Sambil berkata demikian, dia menyingkirkan segalanya dan pergi untuk menjelajahi dunia.

Malik menceritakan, bahwa setelah sekian waktu, dia melihat pemuda itu di Makkah, dengan kondisi yang benar-benar melarat dan pada nafas terakhirnya.

“Dia adalah Sahabatku,” dia megap-megap. “Aku pergi menemui Sahabatku.” Dan bersamaan dengan itu dia menghembuskan nafas terakhirnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Khutbah Jumat: Menyelami Fitrah Kemanusiaan KitaKhutbah I

Khutbah I الحمدُ لِلّٰهِ العَلِيِّ العَظِيْم العَزِيْزِ الحَكِيْمِ الَّذِيْ فَطَرَنَا بِاقْتِدَارِهِ، وَطَوَّرَنَا بِاخْتِيَارِهِ، وَرَتَّبَ صُوَرَنا فِي أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ، وَمَنَّ عَلَيْنَا بِالعَقْلِ السَّلِيْمِ ، وَهَدَانَا إِلى الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ وَهُوَعَلَى كُلِّ شَيْئ ٍقَدِيْرٌ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَأَفْضلِ اْلأَنْبِيَاءِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبه أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَدْ قَالَ اللّٰهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ Ada perilaku yang sudah mentrad...

8 Keutamaan Sifat Tawadhu Bagi Muslimah, Nomor Terakhir Jalan Menuju Kemuliaan..

Tawadhu atau sifat rendah hati yang dimiliki seorang muslimah merupakan sebuah akhlak dalam Islam yang tergolong ke dalam akhlak terpuji. Foto ilustrasi/ist Tawadhu   atau sifat rendah hati yang dimiliki seorang muslimah merupakan sebuah akhlak dalam Islam yang tergolong ke dalam akhlak terpuji.  Tawadhu   dalam Islam berarti seseorang menempatkan dirinya lebih rendah di hadapan Allah dan hamba-hamba Allah Subhanahu wa ta'ala. Firman Allah Ta’ala : وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ “ Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman “.(QS Asy-Syu'ra : 215) Kita ketahui, bahwa segala perkara yang ada dalam Islam pasti memiliki keutamaan dan keburukan bagi yang melakukannya, dan dalam perkara rendah hati, seseorang yang melakukan atau memiliki  sikap rendah hati   akan mendapatkan beberapa keutamaan dari sikap rendah hati ini. Baca juga:  Inilah Ciri-ciri Pribadi Muslimah yang Tawadhu   ...

Keutamaan Ilmu dan Ulama dalam Hadits

Ustadz Yachya Yusliha Imam Al-Ghazali dalam kitab Mukasyafatul Qulub menyebutkan keutamaan Al-Qur’an, ilmu dan ulama pada bab tersendiri.  Al-Ghazali mengutip beberapa hadits yang menerangkan keutamaan ilmu dan ulama pada bab ini dari sejumlah perawi hadits Al-Ghazali mengatakan, banyak hadits menerangkan keutamaan ilmu dan ulama.  (Imam Al-Ghazali, Mukasyafatul Qulub, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2019 M/1440 H], halaman 277).   1. Orang alim merupakan orang yang dikehendaki sebagai orang baik.  مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّيْنِ وَيُلْهِمْهُ رُشْدَهُ  Artinya, “Siapa saja yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, niscaya ia akan diberi pemahaman dalam agama dan diilhami petunjuk-Nya,” (HR At-Thabarani dan Abu Nu’aim).  2. Orang alim merupakan ahli waris para nabi yang mendapatkan derajat mulia.    الْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ (رواه أبو داود والترمذي)  Artinya, “Ulama adalah ahli waris para nabi...