Langsung ke konten utama

Inilah 2 Penyakit yang Menimpa Umat Islam.


Inilah 2 Penyakit yang Menimpa Umat Islam


Inilah 2 Penyakit yang Menimpa Umat Islam
Inilah 2 Penyakit yang Menimpa Umat Islam
facebook sharing button
twitter sharing button
whatsapp sharing button
telegram sharing button
linkedin sharing button
Imam Shamsi Ali
Presiden Nusantara Foundation
Pendiri Pesantren Nur Inka Nusantara Madani USA

Pada tulisan lalu saya menyimpulkan bahwa pada akhirnya kemenangan akan selalu berpihak kepada kebenaran. Bahwa pada akhirnya seperti janji Al-Qur'an : "Maka kami (Allah) memberikan penguatan kepada orang-orang beriman dan mereka akan berjaya". (As-Shaff).

Karenanya dengan mata iman dan pandangan spiritualitas, harapan dan optimisme harus terus terbangun. "It is a matter of time". Ada masanya umat yang saat ini berada di posisi titik nadir terendah akan menemukan kemuliaan dan kejayaannya.

Barangkali yang perlu kita ketahui saat ini apa dan bagaimana saja bentuk awan yang menghalangi terbitnya sang mentari itu? Apa bentuk dan di mana saja tantangan berat yang saat ini sedang dihadapi oleh umat ini?

Dengan segala ragam masalah dan tantangan yang dihadapi oleh umat ini, saya akan simpulkan dalam dua poin penting. Tentu kerapuhan iman, jauhnya dari tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah, semua itu membawa kepada permasalahan-permasalahan nyata di lapangan.

Penyakit Wahan yang Kronis
Jika saat ini di Wuhan China terjadi wabah yang mematikan dan menyebar cepat ke berbagai belahan dunia, umat Islam sedang terjangkiti penyakit kronis yang juga tidak kalah mematikan.



Penyakit ini memang tidak mematikan secara fisik. Tapi mematikan secara ruhiyah. Mematikan fondasi hidup manusia. Mematikan hati dan jiwanya. Penyakit itu dikenal dengan nama 'wahan'.

Penyakit ini digambarkan dalam sebuah hadis Abu Daud: "Hampir tiba masanya di mana kamu akan diperebutkan bagaimana makanan yang diperebutkan oleh para pemangsanya. Para sahabat bertanya: apakah karena kami sedikit ketika itu ya Rasul? Beliau menjawab: bahkan kalian banyak. Tapi kalian bagaikan buih yang terapung. Dan Allah mencabut rasa takut itu dari hati musuh-musuhmu. Dan juga Allah menanamkan dalam hati kalian "al-wahan". Seorang sahabat bertanya: apa itu wahan ya Rasul? Beliau menjawab: "cinta dunia dan takut/benci mati".

Perlu dipahami bahwa jawaban Rasulullah SAW dalam hadis itu sesungguhnya tidak menyebutkan arti maupun defenisi dari kata 'wahan'. Melainkan tanda-tanda dan akibat dari penyakit itu.

Kata 'wahan' sebenarnya berasal dari kata "wahana-yahinu-hinatun". Yaitu sebuah fenomena kejiwaan yang rapuh, merasa rendah, minder dan terhina. Kata hina atau kehinaan dalam bahasa Indonesia sesungguhnya berasal dari kata yang sama.

Dengan kata lain, penyakit Al-Wahan ini adalah penyakit minder atau rendah diri. Penyakit yang menjadikan rasa izzah (mulia) dan percaya diri (self confidence) anjlok ke titik nadir terendah. Dan semua itu sebagai akibat dari kecintaan yang berlebihan kepada dunia yang fana ini.

Inilah salah satu tantangan terbesar umat Islam saat ini. Melawan rasa minder, rasa rendah diri. Dan mulai membangun rasa percaya diri dan izzah dzatiyah (merasa mulia dengan iman dan Islam ini).

"Sesungguhnya kemuliaan itu milik Allah, milik RasulNya, dan milik orang-orang yang beriman". (Ayat).

"Jangan rendah diri dan jangan sedih. Karena sesungguhnya kamu berada di posisi tinggi jika kamu sadar." (ayat).

Hilangnya rasa percaya diri dan rasa mulia dengan Islam menjadikan umat begitu mudah terombang-ambing oleh kepentingan sesaat. Bahkan lebih runyam lagi, terkadang bukan kepentingan mereka. Tapi dipolesi jika kepentingan itu untuk mereka. Karena jiwa dan hatinya tertutupi oleh rasa minder, bahkan rasa takut.

Umat mudah dibeli, diarahkan, bahkan begitu mudah dikelabui oleh bangsa-bangsa lain. Khususnya bangsa-bangsa besar yang memang punya kepentingan besar. Dalam prosesnya umat menjadi korban demi kepentingan orang lain.

Perpecahan yang Menghancurkan
Salah satu akibat langsung dan nyata dari "al-wahan" tadi adalah begitu mudah Umat ini dipecah belah. Praktek 'devide et empire' menjadi kenyataan terbesar dalam dunia Islam saat ini.

Di mana-mana umat cenderung terpecah karena satu dan lain sebab. Ada yang karena isu ekonomi. Ada juga karena isu territorial (betas negara). Tapi ada juga karena masalah penafsiran agama yang telah dijadikan sebagai ideologi bangsa.

Saat ini ada 67 negara yang berpenduduk mayoritas muslim. Kesemua negara ini masuk dalam sebuah aliansi yang dikenal dengan OIC (Organization of Islamic Cooperation) atau organisasi kerjasama Islam. Organisasi ini sebenarnya adalah organisasi dengan anggota terbesar setelah GNB (Gerakan Non Blok) di badan dunia (PBB). GNB dikenal sebagai persatuan negara-negara Asia Afrika yang lahir salah satunya atas inisiasi Indonesia melalui Konferensi Asia Afrika di Bandung.
halaman ke-1
facebook sharing button
twitter sharing button
whatsapp sharing button
telegram sharing button
linkedin sharing button
cover top ayah
وَكَذٰلِكَ جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِىٍّ عَدُوًّا شَيٰطِيۡنَ الۡاِنۡسِ وَالۡجِنِّ يُوۡحِىۡ بَعۡضُهُمۡ اِلٰى بَعۡضٍ زُخۡرُفَ الۡقَوۡلِ غُرُوۡرًا‌ ؕ وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوۡهُ‌ فَذَرۡهُمۡ وَمَا يَفۡتَرُوۡنَ
Demikianlah untuk setiap nabi Kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan dari jenis manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan. Dan kalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak akan melakukannya, maka biarkanlah mereka bersama kebohongan yang mereka ada-adakan.

(QS. Al-An’am:112)
cover bottom ayah
Artikel Rekomendasi
Artikel Terkini
Follow us:
facebook sharing button
twitter sharing button
instagram sharing button
youtube sharing button
tiktok sharing button

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Khutbah Jumat: Menyelami Fitrah Kemanusiaan KitaKhutbah I

Khutbah I الحمدُ لِلّٰهِ العَلِيِّ العَظِيْم العَزِيْزِ الحَكِيْمِ الَّذِيْ فَطَرَنَا بِاقْتِدَارِهِ، وَطَوَّرَنَا بِاخْتِيَارِهِ، وَرَتَّبَ صُوَرَنا فِي أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ، وَمَنَّ عَلَيْنَا بِالعَقْلِ السَّلِيْمِ ، وَهَدَانَا إِلى الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ وَهُوَعَلَى كُلِّ شَيْئ ٍقَدِيْرٌ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَأَفْضلِ اْلأَنْبِيَاءِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبه أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَدْ قَالَ اللّٰهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ Ada perilaku yang sudah mentrad...

8 Keutamaan Sifat Tawadhu Bagi Muslimah, Nomor Terakhir Jalan Menuju Kemuliaan..

Tawadhu atau sifat rendah hati yang dimiliki seorang muslimah merupakan sebuah akhlak dalam Islam yang tergolong ke dalam akhlak terpuji. Foto ilustrasi/ist Tawadhu   atau sifat rendah hati yang dimiliki seorang muslimah merupakan sebuah akhlak dalam Islam yang tergolong ke dalam akhlak terpuji.  Tawadhu   dalam Islam berarti seseorang menempatkan dirinya lebih rendah di hadapan Allah dan hamba-hamba Allah Subhanahu wa ta'ala. Firman Allah Ta’ala : وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ “ Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman “.(QS Asy-Syu'ra : 215) Kita ketahui, bahwa segala perkara yang ada dalam Islam pasti memiliki keutamaan dan keburukan bagi yang melakukannya, dan dalam perkara rendah hati, seseorang yang melakukan atau memiliki  sikap rendah hati   akan mendapatkan beberapa keutamaan dari sikap rendah hati ini. Baca juga:  Inilah Ciri-ciri Pribadi Muslimah yang Tawadhu   ...

Keutamaan Ilmu dan Ulama dalam Hadits

Ustadz Yachya Yusliha Imam Al-Ghazali dalam kitab Mukasyafatul Qulub menyebutkan keutamaan Al-Qur’an, ilmu dan ulama pada bab tersendiri.  Al-Ghazali mengutip beberapa hadits yang menerangkan keutamaan ilmu dan ulama pada bab ini dari sejumlah perawi hadits Al-Ghazali mengatakan, banyak hadits menerangkan keutamaan ilmu dan ulama.  (Imam Al-Ghazali, Mukasyafatul Qulub, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2019 M/1440 H], halaman 277).   1. Orang alim merupakan orang yang dikehendaki sebagai orang baik.  مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّيْنِ وَيُلْهِمْهُ رُشْدَهُ  Artinya, “Siapa saja yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, niscaya ia akan diberi pemahaman dalam agama dan diilhami petunjuk-Nya,” (HR At-Thabarani dan Abu Nu’aim).  2. Orang alim merupakan ahli waris para nabi yang mendapatkan derajat mulia.    الْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ (رواه أبو داود والترمذي)  Artinya, “Ulama adalah ahli waris para nabi...