Langsung ke konten utama

3 Tingkatan Kaum Mukmin yang Mewarisi Al-Qur'an


3 Tingkatan Kaum Mukmin yang Mewarisi Al-Qur'an

3 Tingkatan Kaum Mukmin yang Mewarisi Al-Quran
Al-Quran adalah karunia terbesar Allah yang diwariskan kepada umat Nabi Muhammad, yang tidak diberi kepada umat sebelumnya. Foto/Ist
Dalam satu ayat disebutkan bahwa umat Nabi Muhammad yang mewarisi Al-Qur'an terdiri dari tiga tingkatan. Untuk diketahui, Kitabullah yang diwariskan kepada umat Nabi Muhammad itu merupakan karunia besar Allah Ta'ala yang tidak diberikan kepada umat lain.

Mari kita simak firman-Nya:

ثُمَّ اَوۡرَثۡنَا الۡكِتٰبَ الَّذِيۡنَ اصۡطَفَيۡنَا مِنۡ عِبَادِنَاۚ فَمِنۡهُمۡ ظَالِمٌ لِّنَفۡسِهٖ‌ۚ وَمِنۡهُمۡ مُّقۡتَصِدٌ ‌ۚ وَمِنۡهُمۡ سَابِقٌۢ بِالۡخَيۡرٰتِ بِاِذۡنِ اللّٰهِؕ ذٰلِكَ هُوَ الۡفَضۡلُ الۡكَبِيۡرُؕ

"Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar." (QS Al-Fathir Ayat 32)

Para ahli tafsir menjelaskan ayat ini, di mana Allah telah memuliakan umat Rasulullah SAW melebihi kemuliaan yang diperoleh umat sebelumnya. Kemuliaan itu tergantung kepada sejauh mana ajaran Rasulullah mereka amalkan.

Dalam tafsir Kemenag dijelaskan tiga tingkatan orang mukmin yang mengamalkan (mewarisi) Al-Qur'an, yaitu:

1. Orang yang Zalim kepada Dirinya.

Maksudnya orang yang mengerjakan perbuatan wajib dan juga tidak meninggalkan perbuatan yang haram.

2. Muqtashid.

Artinya orang-orang yang melaksanakan segala kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan Allah, tetapi terkadang ia tidak mengerjakan perbuatan yang dipandang sunnah. Atau masih mengerjakan sebagian pekerjaan yang dipandang makruh.

3. Sabiqun bil Khairat.

Orang yang selalu mengerjakan amalan yang wajib dan sunnah, meninggalkan segala perbuatan yang haram dan makruh, serta sebagian hal-hal yang mubah (dibolehkan).

Menurut Al-Maragi, pembagian di atas dapat diungkapkan dengan kata-kata lain, yaitu:

1. Orang yang masih sedikit mengamalkan ajaran Kitabullah dan terlalu senang menuruti hawa nafsunya, atau orang yang masih banyak perbuatan kejahatannya dibanding dengan amal kebaikannya.

2. Orang yang seimbang antara amal kebaikan dan kejahatannya.

3. Orang yang terus-menerus mencari ganjaran Allah dengan melakukan amal kebaikan.

Para ulama tafsir menyebutkan beberapa hadis berkaitan dengan hal di atas. 

Salah satunya Hadis riwayat Ahmad dari Abu Darda', di mana setelah membaca Ayat 32 Surah Fathir di atas, Rasulullah bersabda:

"Adapun orang yang berlomba dalam berbuat kebaikan mereka akan masuk surga tanpa hisab (perhitungan), sedang orang-orang pertengahan (muqtashid) mereka akan dihisab dengan hisab yang ringan. 

Dan orang yang menganiaya dirinya sendiri mereka akan ditahan dulu di tempat (berhisabnya), sehingga ia mengalami penderitaan kemudian dimasukkan ke dalam surga. 

Kemudian beliau membaca: "Alhamdulillahilladzi adhhaba 'anna al-hazana inna Rabbana lagafurun syakur" (Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami, sesungguhnya Tuhan kami Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri)." (HR Ahmad)

Ini Perbedaan Muslim dan Mukmin, Kamu Pilih Mana?
Ini Perbedaan Muslim dan Mukmin, Kamu Pilih Mana?
Salah satu ciri orang-orang beriman (mukmin) yaitu mereka yang khusyuk dalam salatnya dan menjauhkan diri dari perbuatan serta perkataan yang tak berguna. Foto/Ist
Golongan muslim dan mukmin tidaklah sama. Seorang mukmin sudah pasti seorang muslim, namun seorang muslim belum tentu menjadi mukmin. Lantas, apa makna seorang muslim dan mukmin?

Kebanyakan kaum muslimin hari ini baru menunaikan syiar Islam mulai dari syahadat, shalat, zakat, puasa Ramadhan, haji bagi yang mampu. Namun, mereka masih 'gersang'. Level mereka belum sampai kepada mukmin . 

Al-Qur'an mengabarkan hal ini sebagaimana firman-Nya:

"Ketika orang-orang Arab Badui itu berkata, 'Kami telah beriman '. Katakanlah, 'Kalian belum beriman, tapi katakanlah, 'Kami telah berislam (tunduk)', karena iman itu belum masuk ke dalam hati kalian.

 Dan jika kalian taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu. 

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Al-Hujurat: 14)

(Baca Juga: Seorang Laki-laki Bertanya Islam Apa Paling Baik? Ini Jawaban Rasulullah )

Lalu siapakah orang beriman (mukmin) itu? Jawabannya ada dalam Al-Qur'an:

التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدُونَ الْآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّهِ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ

"Mereka itu adalah orang-orang yang bertobat, beribadah, memuji (Allah), mengembara (demi ilmu dan agama), rukuk, sujud, menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari yang mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. 

Dan gembirakanlah orang-orang yang beriman.." (QS. At-Taubah: 112)

Ciri-ciri orang mukmin ini juga dijelaskan terperinci dalam Surah Al-Mukminun .

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ (2) وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ (3) وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ (4) وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (5) إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (6) فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ (7) وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (8) وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ (9) أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ (10) الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (11)

"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman ( mukmin ). 

(Yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. 

Dan orang-orang yang menunaikan zakat.

 Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. 

Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki. 

Maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa yang mencari di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. 

Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. 

Dan orang-orang yang memelihara salatnya. 

Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. 

Mereka kekal di dalamnya. (Surah Al-Mu'minun Ayat 1-11)

Dalam "Hadis Jibril" disebutkan ada tiga level (tingkatan) dalam Islam sebagaimana diterangkan Rasulullah صلى الله عليه وسلم kepada para sahabat.

 Ketika itu Malaikat Jibril yang menyamar jadi manusia bertanya tentang apa itu Islam, Iman dan Ihsan. 

Rasulullah kemudian menjabarkan panjang lebar tentang tiga tingkatan itu mulai dari yang terendah (muslim), kemudian iman (mukmin) sampai level tertinggi (ihsan).

 (Baca Juga: Kisah Malaikat Jibril Menyamar di Tengah Para Sahabat )

Dalam riwayat lain dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih, yang paling utama adalah ucapan 'Laa ilaaha illallah', sedangkan yang paling rendahnya adalah menyingkirkan sesuatu yang mengganggu dari jalan, dan malu itu salah satu cabang keimanan." (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Para ulama menyebutkan ada 5 level (tingkatan) keimanan di sisi Allah Ta'ala, yaitu: 

(1) Muslim 
(2) Mukmin 
(3) Mukhsin 
(4) Mukhlis dan 
(5) Muttaqin.

1. Muslim adalah mereka yang bersyahadat dan menunaikan rukun Islam .

2. Mukmin adalah muslim yang memenuhi seluruh kehendak Allah, dan memiliki iman kuat dalam hatinya.

3. Mukhsin adalah orang mukmin yang mencapai tahap Ihsan.

4. Mukhlis adalah mukmin yang mencapai derajat ikhlas, segala perbuatannya hanya untuk Allah semata.

5. Muttaqin adalah orang terbaik dalam pandangan Allah. Mereka adalah orang bertakwa yang memelihara diri dari dosa dan menjalan seluruh perintah-Nya.

(Baca Juga: Resep Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani untuk Capai Tingkatan Wali )

Wallahu A'lam
(rhs)
46Shares
facebook sharing button
twitter sharing button
whatsapp sharing button


cover top ayah
مَا يَلۡفِظُ مِنۡ قَوۡلٍ اِلَّا لَدَيۡهِ رَقِيۡبٌ عَتِيۡدٌ
Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).

(QS. Qaf:18)
cover bottom ayah
Baca Juga
REKOMENDASI
Artikel Terkini
Follow us:
facebook sharing button
twitter sharing button
instagram sharing button
youtube sharing button
tiktok sharing button

Baca Juga: Ini Perbedaan Muslim dan Mukmin, Kamu Pilih Mana?
(rhs)
facebook sharing button
twitter sharing button
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabat:

"Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?" 

Para sahabat menjawab: "Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan." 

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka."



(HR. Muslim No. 4678)
Baca Juga
REKOMENDASI
Artikel Terkini
Follow us:
facebook sharing button
twitter sharing button
instagram sharing button
youtube sharing button
tiktok sharing button

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Khutbah Jumat: Menyelami Fitrah Kemanusiaan KitaKhutbah I

Khutbah I الحمدُ لِلّٰهِ العَلِيِّ العَظِيْم العَزِيْزِ الحَكِيْمِ الَّذِيْ فَطَرَنَا بِاقْتِدَارِهِ، وَطَوَّرَنَا بِاخْتِيَارِهِ، وَرَتَّبَ صُوَرَنا فِي أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ، وَمَنَّ عَلَيْنَا بِالعَقْلِ السَّلِيْمِ ، وَهَدَانَا إِلى الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ وَهُوَعَلَى كُلِّ شَيْئ ٍقَدِيْرٌ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَأَفْضلِ اْلأَنْبِيَاءِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبه أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَدْ قَالَ اللّٰهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ Ada perilaku yang sudah mentrad...

8 Keutamaan Sifat Tawadhu Bagi Muslimah, Nomor Terakhir Jalan Menuju Kemuliaan..

Tawadhu atau sifat rendah hati yang dimiliki seorang muslimah merupakan sebuah akhlak dalam Islam yang tergolong ke dalam akhlak terpuji. Foto ilustrasi/ist Tawadhu   atau sifat rendah hati yang dimiliki seorang muslimah merupakan sebuah akhlak dalam Islam yang tergolong ke dalam akhlak terpuji.  Tawadhu   dalam Islam berarti seseorang menempatkan dirinya lebih rendah di hadapan Allah dan hamba-hamba Allah Subhanahu wa ta'ala. Firman Allah Ta’ala : وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ “ Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman “.(QS Asy-Syu'ra : 215) Kita ketahui, bahwa segala perkara yang ada dalam Islam pasti memiliki keutamaan dan keburukan bagi yang melakukannya, dan dalam perkara rendah hati, seseorang yang melakukan atau memiliki  sikap rendah hati   akan mendapatkan beberapa keutamaan dari sikap rendah hati ini. Baca juga:  Inilah Ciri-ciri Pribadi Muslimah yang Tawadhu   ...

Keutamaan Ilmu dan Ulama dalam Hadits

Ustadz Yachya Yusliha Imam Al-Ghazali dalam kitab Mukasyafatul Qulub menyebutkan keutamaan Al-Qur’an, ilmu dan ulama pada bab tersendiri.  Al-Ghazali mengutip beberapa hadits yang menerangkan keutamaan ilmu dan ulama pada bab ini dari sejumlah perawi hadits Al-Ghazali mengatakan, banyak hadits menerangkan keutamaan ilmu dan ulama.  (Imam Al-Ghazali, Mukasyafatul Qulub, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2019 M/1440 H], halaman 277).   1. Orang alim merupakan orang yang dikehendaki sebagai orang baik.  مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّيْنِ وَيُلْهِمْهُ رُشْدَهُ  Artinya, “Siapa saja yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, niscaya ia akan diberi pemahaman dalam agama dan diilhami petunjuk-Nya,” (HR At-Thabarani dan Abu Nu’aim).  2. Orang alim merupakan ahli waris para nabi yang mendapatkan derajat mulia.    الْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ (رواه أبو داود والترمذي)  Artinya, “Ulama adalah ahli waris para nabi...