Langsung ke konten utama

Ini Keutamaan Senyum Istri untuk Suami dalam Hadits Nabi


Ini Keutamaan Senyum Istri untuk Suami dalam Hadits Nabi
Senyum atau menampakkan diri dengan wajah berseri di hadapan orang lain bukan tidak bernilai dalam Islam. Senyum yang tampak remeh dan sepele bagi sebagian orang memiliki arti luar biasa sehingga Rasulullah SAW perlu membahas masalah ini dalam sabdanya.

Imam Muslim dan At-Tirmidzi meriwayatkan sabda Rasulullah SAW betapa pentingnya sebuah senyum ketika berhadapan dengan orang lain.

عن أبي ذر قال قال لي النبي {صلى الله عليه وسلم} لا تحقرن من المعروف شيئاً ولو أن تلقى أخاك بوجهٍ طليق رواه مسلم والترمذي

Artinya, “Dari Abu Dzar RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW berkata kepadaku, ‘Kamu jangan mengecilkan kebaikan sekecil apapun, meski kau hanya menampakkan diri dengan wajah berseri di hadapan saudaramu,’” (HR Muslim dan At-Tirmidzi).

Dalam riwayat Imam At-Tirmidzi, Rasulullah SAW secara lugas mengatakan bahwa senyum di hadapan orang lain memiliki nilai pahala sedekah. Apalagi kalau senyum itu dibarengi dengan semangat berbagi terhadap sesama melalui sedekah itu sendiri, maka tentunya memiliki arti yang sangat luar biasa.

عن أبي ذر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم تبسمك في وجه أخيك لك صدقة

Artinya, “Dari Abu Dzar RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Senyummu di hadapan saudaramu bernilai pahala sedekah bagimu,’” (HR At-Tirmidzi).

Senyum tentu memiliki efek sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Banyak sekali manfaat atau kemaslahatan yang berawal dari saling senyum dan saling sapa dengan semangat persaudaraan dan semangat persahabatan.

Senyum memang tampak remeh dan sepele. Tetapi di balik senyum yang tulus di hadapan orang terdapat sebuah kelapangan jiwa, kerendahan hati, dan semangat penghormatan terhadap orang lain. Oleh karena itu, Rasulullah mengingatkan agar kita tidak mengecilkan senyum di hadapan orang lain.

Lalu bagaimana dengan senyum terhadap orang terdekat, seperti keluarga, kerabat, atau bahkan suami dan istri? Jawabannya tentu lebih dianjurkan

Rasulullah SAW pernah berpesan kepada putrinya, Siti Fathimah RA untuk senantiasa senyum dan menjaga air muka di hadapan suami. Pasalnya, senyum seorang istri terhadap suami memiliki ganjaran besar dari Allah SWT.

يا فاطمة أيما امرأة تبسمت في وجه زوجها إلا نظر الله لها بعين الرحمة

Artinya, “Wahai Fatimah, Tiada seorang istri yang tersenyum di hadapan suaminya kecuali Allah akan memandangnya dengan pandangan kasih (rahmat),” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Uqudul Lujain fi Bayani Huquqiz Zaujain, [Semarang, Thaha Putra: tanpa catatan tahun], halaman 13).

Senyum dan air muka yang cerah suami dan istri satu sama lain dapat melahirkan pandangan rahmat Allah terhadap rumah tangga mereka. Dari senyum satu sama lain ini, Allah menurunkan rahmat, berkah, kasih sayang, ketenteraman, dan keharmonisan di dalam rumah tangga tersebut. Wallahu a’lam.


 (Ustadz Yachya yusliha)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Khutbah Jumat: Menyelami Fitrah Kemanusiaan KitaKhutbah I

Khutbah I الحمدُ لِلّٰهِ العَلِيِّ العَظِيْم العَزِيْزِ الحَكِيْمِ الَّذِيْ فَطَرَنَا بِاقْتِدَارِهِ، وَطَوَّرَنَا بِاخْتِيَارِهِ، وَرَتَّبَ صُوَرَنا فِي أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ، وَمَنَّ عَلَيْنَا بِالعَقْلِ السَّلِيْمِ ، وَهَدَانَا إِلى الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ وَهُوَعَلَى كُلِّ شَيْئ ٍقَدِيْرٌ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَأَفْضلِ اْلأَنْبِيَاءِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبه أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَدْ قَالَ اللّٰهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ Ada perilaku yang sudah mentrad...

8 Keutamaan Sifat Tawadhu Bagi Muslimah, Nomor Terakhir Jalan Menuju Kemuliaan..

Tawadhu atau sifat rendah hati yang dimiliki seorang muslimah merupakan sebuah akhlak dalam Islam yang tergolong ke dalam akhlak terpuji. Foto ilustrasi/ist Tawadhu   atau sifat rendah hati yang dimiliki seorang muslimah merupakan sebuah akhlak dalam Islam yang tergolong ke dalam akhlak terpuji.  Tawadhu   dalam Islam berarti seseorang menempatkan dirinya lebih rendah di hadapan Allah dan hamba-hamba Allah Subhanahu wa ta'ala. Firman Allah Ta’ala : وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ “ Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman “.(QS Asy-Syu'ra : 215) Kita ketahui, bahwa segala perkara yang ada dalam Islam pasti memiliki keutamaan dan keburukan bagi yang melakukannya, dan dalam perkara rendah hati, seseorang yang melakukan atau memiliki  sikap rendah hati   akan mendapatkan beberapa keutamaan dari sikap rendah hati ini. Baca juga:  Inilah Ciri-ciri Pribadi Muslimah yang Tawadhu   ...

Keutamaan Ilmu dan Ulama dalam Hadits

Ustadz Yachya Yusliha Imam Al-Ghazali dalam kitab Mukasyafatul Qulub menyebutkan keutamaan Al-Qur’an, ilmu dan ulama pada bab tersendiri.  Al-Ghazali mengutip beberapa hadits yang menerangkan keutamaan ilmu dan ulama pada bab ini dari sejumlah perawi hadits Al-Ghazali mengatakan, banyak hadits menerangkan keutamaan ilmu dan ulama.  (Imam Al-Ghazali, Mukasyafatul Qulub, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2019 M/1440 H], halaman 277).   1. Orang alim merupakan orang yang dikehendaki sebagai orang baik.  مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّيْنِ وَيُلْهِمْهُ رُشْدَهُ  Artinya, “Siapa saja yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, niscaya ia akan diberi pemahaman dalam agama dan diilhami petunjuk-Nya,” (HR At-Thabarani dan Abu Nu’aim).  2. Orang alim merupakan ahli waris para nabi yang mendapatkan derajat mulia.    الْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ (رواه أبو داود والترمذي)  Artinya, “Ulama adalah ahli waris para nabi...