Langsung ke konten utama

Pahala Sedekah Rusak Jika Menyebutkannya

Pahala Sedekah Rusak Jika Menyebutkannya

Orang yang menyebut pemberian tidak akan masuk surga.

 Allah SWT memberikan pahala begitu besar bagi hambanya yang mau menafkahkan hartanya di jalan Allah (sedekah). Namun, pahala sedekah itu akan rusak jika si pemberi menyebut-nyebut pemberiannya dan menyakiti si penerima. 
Keluarga Besar Baraya KULTUM Dan BARAYA KULTUM
Ketentuan itu ditegaskan Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 262 yang artinya, "Orang-orang yang menafkah hartanya dijalan Allah kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan tidak dengan menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati."
Syekh Maulana Muhammad Zakariyya Al Kandahlawi menerangkan ayat 267 di surat Al-Baqarah. Menurutnya, ayat ini merupakan dorongan menjalankan harta dijalan Allah dan peringatan untuk tidak merusak amal dengan menyebut-nyebut pemberian.

"Adapun yang dimaksud dengan menyakiti perasaan si penerima adalah karena kita telah berbuat kebaikan kepadanya lalu kita meremehkannya dan menganggap orang yang telah kita beri itu sebagai orang hina," kata Syekh Maulana dalam kitab Fadhilah Sedekah.

Syekh Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitabnya Durrul Mantsur mengatakan Rasulullah shallallahu sallam telah bersabda ada beberapa orang yang tidak akan masuk surga. Pertama, adalah orang yang menyebut-nyebut pemberian.

Kedua, orang yang tidak patuh kepada kedua orang tuanya. Ketiga, orang yang biasa meminum khamar dan sebagian.   

Imam Ghazali menulis dalam kitab Ihya Ulumuddin mengenai adab bersedekah. "Janganlah merusak sedekah dengan "mann" dan "adza".

Mengenai penjelasan "mann" dan "adza" beberapa penjelasan dari para ulama. Sebagai ulama mengatakan "mann" adalah menyebut-nyebut sedekah di hadapan orang yang diberi, dan "adza" adalah memberitahukan sedekah itu kepada orang lain.

Sedangkan ulama lain berpendapat "mann" adalah memerintahkan orang yang diberi tadi melakukan suatu pekerjaan tanpa dibayar, sebagai pengganti pemberiannya. Adapun "adza" adalah mengatakan orang yang diberi adalah orang miskin.

Sebagian ulama lainnya berkata arti "mann adalah bahwa dengan pemberian tersebut, orang yang memberi menunjukkan kebesaran dirinya kepada orang diberi dan "adza" adalah membentak orang yang diberi karena telah meminta-minta. Imam al-Ghazali berkata arti "mann" yang sebenarnya adalah orang yang memberi merasa dirinyalah yang berjasa kepada orang yang diberi dan perasaan itu ditunjukkan dalam perbuatan seperti disampaikan di atas.

Padahal seharusnya orang yang memberi itu merasa orang fakir yang diberi itu telah berjasa kepadanya, karena orang fakir itu telah menerima hak Allah SWT darinya. "Sehingga orang yang memberi terbebas dari tanggungjawab, dan menjadi sebab bersihnya harta bendanya, dan menyelamatkan dari adzab jahannam yang akan menimpanya karena tidak menunaikan zakat," kata Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Khutbah Jumat: Menyelami Fitrah Kemanusiaan KitaKhutbah I

Khutbah I الحمدُ لِلّٰهِ العَلِيِّ العَظِيْم العَزِيْزِ الحَكِيْمِ الَّذِيْ فَطَرَنَا بِاقْتِدَارِهِ، وَطَوَّرَنَا بِاخْتِيَارِهِ، وَرَتَّبَ صُوَرَنا فِي أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ، وَمَنَّ عَلَيْنَا بِالعَقْلِ السَّلِيْمِ ، وَهَدَانَا إِلى الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ وَهُوَعَلَى كُلِّ شَيْئ ٍقَدِيْرٌ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللّٰهُـمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَأَفْضلِ اْلأَنْبِيَاءِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبه أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَدْ قَالَ اللّٰهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ Ada perilaku yang sudah mentrad...

8 Keutamaan Sifat Tawadhu Bagi Muslimah, Nomor Terakhir Jalan Menuju Kemuliaan..

Tawadhu atau sifat rendah hati yang dimiliki seorang muslimah merupakan sebuah akhlak dalam Islam yang tergolong ke dalam akhlak terpuji. Foto ilustrasi/ist Tawadhu   atau sifat rendah hati yang dimiliki seorang muslimah merupakan sebuah akhlak dalam Islam yang tergolong ke dalam akhlak terpuji.  Tawadhu   dalam Islam berarti seseorang menempatkan dirinya lebih rendah di hadapan Allah dan hamba-hamba Allah Subhanahu wa ta'ala. Firman Allah Ta’ala : وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ “ Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman “.(QS Asy-Syu'ra : 215) Kita ketahui, bahwa segala perkara yang ada dalam Islam pasti memiliki keutamaan dan keburukan bagi yang melakukannya, dan dalam perkara rendah hati, seseorang yang melakukan atau memiliki  sikap rendah hati   akan mendapatkan beberapa keutamaan dari sikap rendah hati ini. Baca juga:  Inilah Ciri-ciri Pribadi Muslimah yang Tawadhu   ...

Keutamaan Ilmu dan Ulama dalam Hadits

Ustadz Yachya Yusliha Imam Al-Ghazali dalam kitab Mukasyafatul Qulub menyebutkan keutamaan Al-Qur’an, ilmu dan ulama pada bab tersendiri.  Al-Ghazali mengutip beberapa hadits yang menerangkan keutamaan ilmu dan ulama pada bab ini dari sejumlah perawi hadits Al-Ghazali mengatakan, banyak hadits menerangkan keutamaan ilmu dan ulama.  (Imam Al-Ghazali, Mukasyafatul Qulub, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2019 M/1440 H], halaman 277).   1. Orang alim merupakan orang yang dikehendaki sebagai orang baik.  مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّيْنِ وَيُلْهِمْهُ رُشْدَهُ  Artinya, “Siapa saja yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, niscaya ia akan diberi pemahaman dalam agama dan diilhami petunjuk-Nya,” (HR At-Thabarani dan Abu Nu’aim).  2. Orang alim merupakan ahli waris para nabi yang mendapatkan derajat mulia.    الْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ (رواه أبو داود والترمذي)  Artinya, “Ulama adalah ahli waris para nabi...