Langsung ke konten utama

Perkara yang Menunjukkan Hati yang mati

Salah satu ciri hati yang mati adalah tak merasa bersalah atas perbuatan dosa dan kelalaian ibadah yang telah diperbuat. 

Kenapa golongan hati ini penting kita ketahui, karena semua amalan yang dilakukan setiap manusia sangat bergantung kepada hatinya. 

Jika hatinya lurus, maka perilakunya juga baik, begitu juga sebaliknya. 

Lalu bagaimana dengan hati yang mati? Bagaimana pula mengetahui bahwa hati seseorang bermasalah atau bahkan telah mati secara kasat mata ini? Ibnu Athaillah dalam kitab al-Hikam menjabarkan mengenai ciri-ciri orang dengan hati yang mati. 

Salah satu cirinya adalah tak merasa bersalah atas perbuatan dosa dan kelalaian ibadah yang telah diperbuat. 

Dijelaskan bahwa orang yang lalai dalam ibadah serta kebaikan yang diperintahkan Allah Subhanahu wa ta'ala, maka rutinitasnya sehari-hari akan terasa hambar. 

Hati yang mati, hati yang kosong dari kehidupan. 

Ia tidak mengetahui Rabbnya, apalagi beribadah kepada-Nya. 

Ia selalu menuruti keinginan nafsu dan kesenangan dirinya, meskipun akibatnya ia akan dimurkai dan dibenci Allâh Azza wa Jalla .

Ia tidak peduli dengan apapun, yang penting bagi dia adalah keinginan dan syahwatnya terpenuhi. 

Ia menghambakan diri kepada selain Allâh, dalam cinta, takut, berharap, ridha dan benci, pengagungan dan kehinaan. 

Jika ia mencintai, ia mencintai karena hawa nafsunya.

Jika ia membenci, ia membenci karena nafsu. 

Jika ia memberi, ia memberi karena nafsu. 

Ia lebih mencintai dan mengutamakan hawa nafsunya dari pada keridhaan Rabbnya.

Hawa nafsu menjadi pemimpinnya, syahwat komandannya, kebodohan adalah sopirnya, kelalaian adalah kendaraannya Ia terbuai dengan pikiran untuk mendapatkan tujuan-tujuan duniawi, mabuk oleh hawa nafsu dan kesenangan semu. 

Ia tidak mempedulikan orang yang memberi nasihat, ia terus mengikuti setiap langkah dan keinginan setan. 

Dunia terkadang membuatnya benci dan terkadang membuatnya senang. 

Hawa nafsu membuatnya tuli dan buta. Maka membaur dengan orang yang memiliki hati semacam ini. 

Bergaul dengannya adalah racun dan menemaninya adalah kehancuran.

Ternyata Ada 6 Bentuk Ghibah yang Diperbolehkan, Apa Saja Itu? Dengan demikian, ada 2 ciri utama hati yang mati, yaitu: ‪

1. Selalu menolak akan kebenaran dari Allah. ‪

2. Selalu melakukan kerusakan / berlaku zhalim kepada sesama makhluk hidup bahkan terhadap dirinya sendiri. ‪

Hati yang mati secara tersirat disinggung dalam surat Al-Baqarah ayat 7 . Allah Ta'ala berfirman : 
خَتَمَ اللّٰهُ عَلَىٰ قُلُوۡبِهِمۡ وَعَلٰى سَمۡعِهِمۡ‌ؕ وَعَلٰىٓ اَبۡصَارِهِمۡ غِشَاوَةٌ وَّلَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيۡمٌ “

Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka dan penglihatan mereka ditutup. 

Dan bagi mereka siksa yang berat”. (QS Al-Baqarah : 7) 


Serta dalam riwayat Ibrahim bin Adam atau dikenal juga dengan nama Abu Ishaq, yang sedang berjalan di pasar Bashrah, lalu orang-orang mengerumuninya dan seraya bertanya:

 "Wahai Abu Ishaq, sudah sejak lama kami memanjatkan do'a kepada Allah, tetapi mengapa do'a-do'a kami tidak di kabulkan? Padahal Allah telah berfirman dalam kitab-Nya; "Berdo'alah kalian kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan do'a kalian." (QS.Ghoofir : 60). 

‪Lalu Abu Ishaq menjawab, "Hal itu dikarenakan hati kalian telah mati dengan sepuluh perkara berikut :

1. Kalian mengenal Allah tetapi kalian tidak menunaikan kewajibannya. 

2. Kalian mengakui mencintai Rasulullah, tapi kalian meninggalkan sunnahnya. 

3. Kalian membaca Al-Qur’an, tapi kalian tidak mengamalkan isi kandungannya. 


 وَاِذۡ قَالَ اللّٰهُ يٰعِيۡسَى ابۡنَ مَرۡيَمَ ءَاَنۡتَ قُلۡتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُوۡنِىۡ وَاُمِّىَ اِلٰهَيۡنِ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ‌ؕ قَالَ سُبۡحٰنَكَ مَا يَكُوۡنُ لِىۡۤ اَنۡ اَقُوۡلَ مَا لَـيۡسَ لِىۡ بِحَقٍّ‌ؕ اِنۡ كُنۡتُ قُلۡتُهٗ فَقَدۡ عَلِمۡتَهٗ‌ؕ تَعۡلَمُ مَا فِىۡ نَفۡسِىۡ وَلَاۤ اَعۡلَمُ مَا فِىۡ نَفۡسِكَ‌ؕ اِنَّكَ اَنۡتَ عَلَّامُ الۡغُيُوۡبِ‏ (١١٦) مَا قُلۡتُ لَهُمۡ اِلَّا مَاۤ اَمَرۡتَنِىۡ بِهٖۤ اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰهَ رَبِّىۡ وَرَبَّكُمۡ‌ۚ وَكُنۡتُ عَلَيۡهِمۡ شَهِيۡدًا مَّا دُمۡتُ فِيۡهِمۡ‌ۚ فَلَمَّا تَوَفَّيۡتَنِىۡ كُنۡتَ اَنۡتَ الرَّقِيۡبَ عَلَيۡهِمۡ‌ؕ وَاَنۡتَ عَلٰى كُلِّ شَىۡءٍ شَهِيۡدٌ‏ (١١٧) اِنۡ تُعَذِّبۡهُمۡ فَاِنَّهُمۡ عِبَادُكَ‌ۚ وَاِنۡ تَغۡفِرۡ لَهُمۡ فَاِنَّكَ اَنۡتَ الۡعَزِيۡزُ الۡحَكِيۡمُ (١١٨) 

Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, Wahai Isa putra Maryam! Engkaukah yang mengatakan kepada orang-orang, jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah? (Isa) menjawab, Mahasuci Engkau, tidak patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku. 

Jika aku pernah mengatakannya tentulah Engkau telah mengetahuinya. 

Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada-Mu. 

Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala yang gaib.

 Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (yaitu), Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di tengah-tengah mereka. 

Maka setelah Engkau mewafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkaulah Yang Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. 

Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana. (QS. Al-Maidah Ayat 116-118)

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

8 Tahap Perjalanan Hidup Setelah Mati, Sejak Malam Pertama di Alam Kubur hingga Lewati Ini

Bandung -  Kematian  bukan menjadi akhir dari segalanya. Sejatinya kematian adalah awal dari mulainya episode di dalam kehidupan. Bukanlah menjadi kemusnahan melainkan suatu pembaharuan serta perpindahan awal hidup sebenarnya. Kehidupan setelah mati menurut Islam, mati merupakan sesuatu yang pasti untuk setiap makhluk yang bernyawa,seperti itulah firman Allah. Kehidupan yang dijalani di dunia ini hanyalah sebuah permainan dan tempat singgah untuk sementara saja. Dalam dunia Islam, kita mempercayai adanya kehidupan setelah mati. Nah, Akan mengulas bagaimana kehidupan setelah mati. Dilansir dari kitab aqidah ialam   berikut  8 tahap kehidupan setelah mati menurut Islam: 1. Alam Barzakh (Alam Kubur) Kehidupan setelah mati menurut islam yang pertama adalah alam kubur. Alam kubur merupakan tempat persinggahan pertama setelah mati. YD1JNI

Bagaimanakah Kita Menyikapi Tahun Baru Masehi?

Bagaimanakah Kita Menyikapi Tahun Baru Masehi? Redaksi Muslimah.Or.Id  December , 2018  Diantara kebiasaan orang dalam memasuki tahun baru di berbagai belahan dunia adalah dengan merayakannya, seperti begadang semalam suntuk, pesta kembang api, tiup terompet pada detik-detik memasuki tahun baru, wayang semalam suntuk bahkan tidak ketinggalan dan sudah mulai  ngetrend  di beberapa tempat diadakan dzikir berjama’ah menyongsong tahun baru.  Sebenarnya bagaimana Islam memandang perayaan tahun baru? Bolehkah Merayakannya? Tahun baru tidak termasuk salah satu hari raya Islam sebagaimana ‘Iedul Fitri, ‘Iedul Adha ataupun hari Jum’at.  Bahkan hari tersebut tergolong rangkaian kegiatan hari raya orang-orang kafir yang tidak boleh diperingati oleh seorang muslim. Suatu ketika seorang lelaki datang kepada Rasulullah  Shallallahu’alaihi wa sallam untuk meminta fatwa karena ia telah bernadzar memotong hewan di Buwanah (nama sebuah tempat), maka Nabi  Shallallahu’alaihi wa sallam menanyakan

DO'A KHATAM AL-QUR'AN.

أَللّٰهُمَّ ارْحَمْنِي بِالْقُرْآنِ, وَاجْعَلْهُ لِي إِمَاماً, وَنُوْراً, وَهُدًى وَرَحْمَةً, أَللّٰهُمَّ ذَكِّرْنِي مِنْهُ مَا نَسِيْتُ, وَعَلِّمْنِي مِنْهُ مَا جَهِلْتُ, وَارْزُقْنِي تِلَاوَتَهُ آناَءَ اللَّيْلِ, وَأَطْرَفَ النَّهَارِ , وَاجْعَلْهُ لِي حُجَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ "Allaahummarhamni bil quran. Waj'alhu lii imaama wa nuran wa hudan wa rohman. Allaahumma dzakkirnii minhu maa nasiitu wa 'allimnii minhu maa jahiltu warzuqnii tilawatahu aaa-allaili wa'atrofannahaar waj'alhu lii hujatan yaa rabbal 'aalamin." Artinya: Ya Allah, rahmatilah aku dengan Alquran. Jadikan lah ia sebagai pemimpin, cahaya, petunjuk, dan rahmat bagiku. Ya Allah, ingatkan aku atas apa yang terlupakan darinya. Ajarilah aku atas apa yang belum tahu darinya. Berikanlah aku kemampuan membacanya sepanjang malam dan ujung siang. Jadikanlah ia sebagai pembelaku, wahai Tuhan Semesta Alam.