Langsung ke konten utama

Memaknai Hidup: Semakin Berat Ujiannya, Semakin Mulia di Sisi Allah



Memaknai Hidup: Semakin Berat Ujiannya, Semakin Mulia di Sisi Allah


Memaknai Hidup: Semakin Berat Ujiannya, Semakin Mulia di Sisi Allah


Hidup itu identik dengan ujian dan tantangan. Selama hayat di kandung badan selama itu pula seseorang dalam ujian dan tertantang. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam Al-Quran : "Dia Allah yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji siapa di antara kalian yang terbaik dalam karya." (QS. Al-Mulk: 2)

Bahkan penegasan terperinci disampaikan di Surat Al-Baqarah : "Dan sungguh Kami (Allah) akan menguji kalian dengan sedikit rasa takut, lapar, kekurangan harta, kematian, dan buah-buahan". Sebuah penggambaran betapa ujian/tantangan itu seolah bagian alami dari kehidupan itu sendiri.

Pertanyaan yang kemudian timbul adalah bagaimana setiap orang memaknai setiap ujian atau tantangan hidup yang terjadi? Pemaknaan ini akan banyak ditentukan oleh cara pandang (mindset) manusia tentang kehidupan itu sendiri.

Cara pandang yang bertolak dari cahaya iman akan melihat ujian dan tantangan itu tidak saja sebagai bagian alami dari kehidupan. Terkadang justeru mampu melihat dengan pandangan yang menembus sisi pahitnya ujian itu sendiri. Mampu menangkap sisi-sisi manis yang disediakan oleh Yang Maha Pemberi ujian itu.

Ada sebuah ungkapan terkenal dalam bahasa Inggris: "Not all storms come to disrupt your life, some come to clear your path". Bahwa tidak semua badai itu hadir untuk mengganggu kehidupanmu. Justeru sebagian badai datang untuk membuka jalan bagimu".

Kalau sekiranya badai (ujian dan tantangan) itu adalah halangan, apalagi merusak sebuah nilai dan tujuan mulia pastilah semua Nabi dan Rasul Allah tidak mengalami rintangan dalam hidup dan misisnya. Mereka adalah hamba-hamba Allah terbaik dengan misi hidup terbaik.

Tapi justeru mereka menghadapi ujian dan tantangan hidup terberat. Semakin berat tantangan mereka, semakin tinggi pula nilai dan kemuliaan mereka di sisi Allah. Itulah yang membentuk para Ulul 'Azmi di kalangan Nabi dan Rasul.

Karenanya di dalam menghadapi ragam ujian hidup hendaknya kita kedepankan pandangan positif. Pandangan yang menembus batas-batas material kehidupan. Sehingga penglihatan kita tidak sekedar ditentukan oleh mata kasat dan dibatasi oleh dinding-dinding duniawi. Tapi mampu menembus jauh di balik keterbatasan dunia.

Tapi hal itu akan terjadi dengan pandangan batin. Pandangan imaniyah itulah yang akan melahirkan pemaknaan positif dari semua badai kehidupan yang terjadi. Bahwa sebesar dan sepahit apapun badai hidup itu pastinya ada kemudahan dan keindahan bersamanya. "inna ma'al 'usri yusra".

Apalagi kalau hidup manusia itu memiliki orientasi yang pasti. Hidup dunia merupakan perjalanan menuju kepada tujuan yang jelas. Apapun warna dan bentuk perjalanan itu akan dimaknai sebagai proses menuju kepada sebuah kepastian. "Allahu ghoytuna" (ridho Allah tujuan akhir kita).

Di sinilah keunikan hidup orang beriman. "Ajaban li amril mu’min" (ajaib kehidupan orang beriman itu). Apapun warna hidupnya seorang Mukmun akan tetap kuat, tegar, mulia dan bahagia. Insya Allah!



Baca Juga: Semakin Taat Semakin Berat Ujian dan Godaannya
(rhs)
facebook sharing button
twitter sharing button
whatsapp sharing button

cover top ayah
وَمَا خَلَقۡتُ الۡجِنَّ وَالۡاِنۡسَ اِلَّا لِيَعۡبُدُوۡنِ
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.

(QS. Az-Zariyat:56)
cover bottom ayah
Baca Juga
REKOMENDASI
Artikel Terkini
Follow us:
facebook sharing button
twitter sharing button
instagram sharing button
youtube sharing button
tiktok sharing button

Komentar

Postingan populer dari blog ini

8 Keutamaan Sifat Tawadhu Bagi Muslimah, Nomor Terakhir Jalan Menuju Kemuliaan..

Tawadhu atau sifat rendah hati yang dimiliki seorang muslimah merupakan sebuah akhlak dalam Islam yang tergolong ke dalam akhlak terpuji. Foto ilustrasi/ist Tawadhu   atau sifat rendah hati yang dimiliki seorang muslimah merupakan sebuah akhlak dalam Islam yang tergolong ke dalam akhlak terpuji.  Tawadhu   dalam Islam berarti seseorang menempatkan dirinya lebih rendah di hadapan Allah dan hamba-hamba Allah Subhanahu wa ta'ala. Firman Allah Ta’ala : وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ “ Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman “.(QS Asy-Syu'ra : 215) Kita ketahui, bahwa segala perkara yang ada dalam Islam pasti memiliki keutamaan dan keburukan bagi yang melakukannya, dan dalam perkara rendah hati, seseorang yang melakukan atau memiliki  sikap rendah hati   akan mendapatkan beberapa keutamaan dari sikap rendah hati ini. Baca juga:  Inilah Ciri-ciri Pribadi Muslimah yang Tawadhu   Rasulullah Shallallaahu’al

8 Tahap Perjalanan Hidup Setelah Mati, Sejak Malam Pertama di Alam Kubur hingga Lewati Ini

Bandung -  Kematian  bukan menjadi akhir dari segalanya. Sejatinya kematian adalah awal dari mulainya episode di dalam kehidupan. Bukanlah menjadi kemusnahan melainkan suatu pembaharuan serta perpindahan awal hidup sebenarnya. Kehidupan setelah mati menurut Islam, mati merupakan sesuatu yang pasti untuk setiap makhluk yang bernyawa,seperti itulah firman Allah. Kehidupan yang dijalani di dunia ini hanyalah sebuah permainan dan tempat singgah untuk sementara saja. Dalam dunia Islam, kita mempercayai adanya kehidupan setelah mati. Nah, Akan mengulas bagaimana kehidupan setelah mati. Dilansir dari kitab aqidah ialam   berikut  8 tahap kehidupan setelah mati menurut Islam: 1. Alam Barzakh (Alam Kubur) Kehidupan setelah mati menurut islam yang pertama adalah alam kubur. Alam kubur merupakan tempat persinggahan pertama setelah mati. YD1JNI

Pentingnya Makanan Halal dan Thayyib, Begini Penjelasannya

Selasa, 14 Juni 2022  Bagi umat Islam makanan dan minuman tidak hanya harus halal, tetapi harus thayyib atau baik untuk dikonsumsi, sehingga makanan dan minuman tersebut menjadi berkah dan bermanfaat bagi kita. Foto istimewa Dalam Islam, Allah Subhanahu wa ta'ala memerintahkan hamba-hambaNya untuk memilih  makanan halal dan thayyib   (baik dikonsumsi), serta menghindari makanan haram. Selain untuk kebaikan, menghindari makanan haram merupakan bukti keimanan ketakwaan hamba kepada Penciptanya.  Allah Ta'ala berfirman; وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepada kalian, dan bertakwalah kepada Allah yang kalian beriman kepada-Nya.” (QS Al Maidah-88) Baca juga:  Semua Makanan Pada Asalnya Halal, Makanan Haram Hanya 4? Makan dan minum yang halal   akan memberikan manfaat bagi tubuh manusia. Selain itu, makan dan minum yang halal akan m